Hanya Selintas Pikiran Usang
By Unknown - November 19, 2015
Ikhlas itu..
Ikhlas adalah
pelajaran yang aku tidak pernah lulus dengan angka 100%. Mata pelajaran yang
sangat sulit dari semua hal yang pernah aku pelajari.
Apa yang aku
katakan akan selalu dipertanyakan ketika itu menyangkut keikhlasan, tapi aku
berani bertaruh bahwa aku selalu mencobanya, aku berani bersumpah bahwa aku
berusaha menjalankannya.
Banyak hal yang
akupun tidak tahu dan tidak mengerti.. bahkan mengenai perasaan yang setiap
makluk telah diberi oleh sang pencipta.
Saat ini, aku
mencapai titik dimana aku pertaruhkan kembali jiwa, pikiran dan ragaku agar aku
bisa fasih tentang kata “ikhlas”.
Aku mengeti
setiap hal yang telah terjadi merupakan jalan yang terbaik untukku, bahkan
mungkin ketika keadaan yang tersulit, karna akupun tak tahu keadaan mana yang
lebih baik untukku, saat bahagiakah atau sulitkah ?
Mencoba
bersandiwara dengan diri sendiri itu sangat menyakitkan, seperti tersenyum
dalam tangis. Aku bukanlah bidadari/malaikat yang tidak bisa merasakan iri
dengki takut kecewa marah bahkan dendam. Aku manusia, hanya manusia biasa,
tidak cantik, tidak putih, tidak kaya, tidak pintar, tidak sempurna. Aku
terima. Tentu. Aku bersyukur. Aku masih hidup.
Dan aku mencoba ikhlas.
Bahkan aku
membungkam diriku untuk tidak mengeluarkan hal yang tidak sepantasnya, menahan,
meredam, mencoba mengalihkan semua sisi negative yang aku miliki, mencoba untuk
mengerti situasi yang telah menjadikan diri ini pilu malu dan kecewa. Tapi aku
tau, aku tak bisa, sekalipun aku mengumandangkan kata Ikhlas aku tetap manusia,
aku butuh sandaran, aku perlu masukan, aku ingin pula diperhatikan.
Namun sepertinya
aku kembali dalam keadaan yang salah.
Kamu kuat! Ya
aku tau..
Kamu dewasa! Yaa
aku tau..
Kamu harus lebih
mengerti! Yaaa .. aku,, tau.
Dan aku sakit.
Aku sakit,
ketika berkali kali aku mendengarnya. Ketika aku butuhh sandaran tapi aku tetap
mendengarnya. Ketika aku ingin melepaskan beban dan aku tetap mendengarnya.
Ketika aku mencoba berlaku egois dan aku masih mendengarnya. Ketika ingin
diusap kepalaku agar pikiran ini bisa tertidur sejenak namun aku masih
mendengarnya.
Kemudian kembali
lagi aku harus mencoba ikhlas.
Dan aku
mencobanya.
Dan lagi ketika
aku memang tidak tau, keadaan yang mana yang lebih baik untukku ?
Saat aku
diperlakukan tidak layak oleh seseorang dan aku mencoba memaafkanya semata-mata
karena aku iingin berusaha mempunyai sifat ikhlas.
“tidak apa kamu
berbuat tidak pantas terhadapku, kita hanya manusia biasa, kita sama-sama sudah
dewasa, aku memaafkanmu tapi aku mohon jangan hancurkan aku”.
Kemudian aku
memaafkanya. Dengan gampang. Tanpa syarat. Tanya ketentuan. Karena aku tau, aku
sedang belajar ikhlas.
Tapi aku salah.
Lagi dan lagi.
Ketika apa yang
sudah aku coba lakukan hanya membuat orang itu memandangku sebagai barang yang
bisa di perlakukan sesuai dengan keinginannya. Ketika lagi ia sudah ada niat
untuk kembali menghancurkan tembok yang telah aku susun jauuuh sebelum dia
berhasil meruntuhkannya.
Mungkin karena
aku adalah seorang yang bodoh.
Dan sekarang aku
hanya ingin dia tau bahwa aku masih memegang teguh hargadiri dan kehormatan
yang aku perjuangkan sampai detik ini.
Dan aku mencoba
ikhlas.
Dan aku tidak
bisa menipu diriku untuk tetap tersenyum lebih lama lagi.
Karena aku masih
dalam tahap belajar, mungkin nanti ketika aku sudah melewati ujiannya, aku akan
tersenyum kembali.
0 komentar